Selasa, 16 November 2010

The Sins: Sebuah pengakuan,,.


16 November 2010  1 jam menjelang pukul 17.30 wib

         Aku bersandar di tembok rumahku. Di atasku, jendela kubiarkan terbuka. Angin merambat masuk, menyapu semua yang ada di dalam ruangan, termasuk aku. Aku dapat merasakan angin membelai lembut pipiku. Sedangkan angin di sekitar wajahku bergumpal gumpal, menari nari seiring dengan tiap hembusan asap rokokku. Ya. Biasanya, aku jarang ,merokok. Biasanya, aku hanya merokok bila aku sedang menghadapi masalah besar, atau saat saat aku membutuhkan waktu untuk berfikir. Karena saat ini, aku sedang mengalami saat saat itu. Ya. Saat saat dimana aku membutuhkan pemikiran yang mendalam. Karena, kurang dari satu jam dari sekarang,aku akan melakukan suatu dosa. Ya. Dosa.
      Dengan tangan ini, aku akan mengantarkan butiran peluru ke kepala 2 manusia. Ya. Aku akan menembak seseorang sore ini..


      Mungkin lebih tepatnya dua orang,.. Uhh,.. mengingatnya saja, sudah membuat aku bergidik. Tanpa sadar, aku memegangi tubuhku yang menggigil begitu sadar bahwa aku akan menembak 2 manusia hari ini. Mengatasi hal tersebut, aku kembali menyedot rokokku dalam dalam. aku meringkuk, memegangi kedua kakiku dengan tangan kanan, sedangkan rokok aku pegang dengan jari jari tangan kiriku. Tidak terasa, biasanya aku menyedot rokok dengan cepat cepat, namun kini, di setiap tarikannya terasa begitu nikmat.
Aku menutup kedua mataku, sambil terus mengenyahkan berbagai macam bayangan dan kerauguan yang mulai menyerangku. Tidak. AKU TIDAK BOLEH RAGU LAGI. SUDAH CUKUP PERLAKUAN MEREKA KEPADA KELUARGAKU! aku sudah bersabar selama beberapa kali. Dan selama beberapa kali itu pula, aku bersabar. Keluargaku sebenarnya sudah tidak peduli lagi tentang hal itu, tetapi AKU TIDAK! tidak ada yang boleh mengganggu keluargaku lagi! itu berarti berurusan denganku! Sungguh, kalo ingat perlakuan mereka yang begitu mengganggu dan tanpa ampun, mereka memang pantas kutembak hari ini.Walaupun aku belum pernah menembak orang sebelumnya, namun kali ini aku tidak akan mundur lagi. Tidak akan! Lagipula, untuk mempersiapkan hari ini, aku sudah berlatih keras membiasakan diriku untuk menyentuh, mengokang, dan menembak dengan senapan sniperku ini. Ya. Sniper.
     Aku membuka mataku. Perlahan, aku melihat kotak panjang berwarna hijau tentara yang ada di depanku. Perlahan pula,aku beringsut mendekatinya. Kini aku dekat dengannya. Kuhisap habis rokokku, dan memutuskan untuk mengganti dengan rokok yang baru, sebelum aku membuka kotak panjang tersebut. Maka, segera saja kuhabiskan dan membuang puntungnya jauh jauh. Sembari memandanginya, kurogoh saku rompi kevlarku. Dapat. Aku meraih sebungkus rokok dan mengambil sebatang,lalu cepat cepat kuselipkan di bibirku dan semyulutnya dengan api. Segera, asap rokok mengepul dan membumbung tinggi begitu aku berhasil menyalakannya dan menghisapnya dalam dalam. Nah, kini aku sudah cukup tenang. Konsentrasiku kembali kepada kotak panjang tersebut.
     Pelan pelan, aku membukanya,. Bunyi kunci dari besi di kedua sisi kotak tersebut saat aku membukanya terasa seperti godam besi yang menghantam tubuhku. Kedua kunci itu sudah berhasil terbuka. Kini aku bisa membuka dan melihat isinya. Segera, bau minyak pelumas menyeruak begitu aku membuak kotak tersebut. Ah. Cantiknya. Aku memandangi senapan sniper yang terpampang cantik, terbungkus aman dengan banyak busa penampang dibawahnya. Secara terpisah, scope dan alat support lainnya tersimpan rapi pula di dekat badan senapan. Pelan pelan, aku mengangkat badan senapan. Hati hati aku menyentuhnya, sama seperti saat pertama kali aku menyentuh perawan dengan tanganku ini. Kini senapan itu ada di atas pangkuanku. Perlahan, aku membelai senapan tersebut, merasakan setiap esensinya, mencoba memahami mengapa benda yang ada di tanganku ini diciptakan.
Senapan sniper american standart,.Jenis mount sniping MNT-BR005XL, dengan bantuan scope seri SCP-432AOMOTS yang membantuku untuk dapat melihat sasaran tembakku dengan lebih baik, serta bantuan flashlight LT-TL06BPR1 apabila sasaranku berada di tempat yang kurang pencahayaannya. Aku mengelus2 senapan ini. Uhh,, ada perasaan aneh saat aku menyentuhnya. Aku kemudian menimang nimang senapan tersebut, dan melirik ke arah jam tanganku.    Pukul 17.10. Berarti, sebentar lagi waktunya. Waktu untuk mengirimkan peluru ke arah kepala dua orang bajingan pengganggu ketenangan keluargaku. Mengingat hal itu, aku tersenyum sendiri. Badanku menggigil, namun bukan menggigil ketakutan seperti sebelumnya. Aku kini menggigil kesenangan...
     Pelan, aku mulai merakit bagian demi bagian senapan ini. Hmm, aku sungguh tidak salah pilih. Senapan ini memberikan kenyamanan saat kita akan menembak sasaran. Bagaimana tidak, Spare magazine yang akan memudahkan aku mengganti magazine yang kosong dengan cepat. Senapan ini menggunakan desain yang fully adjustable butt stock, sehingga aku dapat merancang sendiri tingkat kenyamanan kokangnya, sesuai dengan yang aku inginkan. Speed loader, sistem yang mempercepat distribusi antar peluru, yang memungkinkan aku melakukan tembakan secara beruntun sekaligus. Lalu, dengan bantuan picatinny mount tactical bipod, membantuku untuk mencari posisi yang enak untuk melakukan tembakan di segala medan tanah. What a sniper rifle! pujiku dalam hati.
     Aku mulai mengisi penuh ke 5 magazine cadangan, dan memasukkannya ke dalam rompiku. aku bermaksud melakukannya habis habisan hari ini. Musuh tidak boleh dibiarkan hidup..Lalu menyeting, dan memasang bagian terpisah dari senapan, sehingga kini di tanganku ada sebuah senapan sniper rifle lengkap. Aku siap untuk melakukannya.
17: 20
     Setelah melihat jam tanganku, yang menandakan waktunya sebentar lagi tiba, aku kembali menyandarkan tubuhku di tembok. Sambil mendekap erat senapanku, aku kembali mengingat ingat alasan, mengapa aku melakukan hal ini. Sudah genap 1 minggu. 1 minggu yang penuh dengan teror dan gangguan! dan mereka melakukannya tanpa ampun! Gigiku bergemeretakkan begitu mengingat apa yang telah mereka lakukan. Lalu, aku melakukan peneltian kecil2an. Ya, aku mengamati tingkah laku mereka. Aku mengamati kegiatan mereka diam2 selama 2 hari terakhir. Kini, aku tahu, kapan mereka berangkat lewat jalan ini, lalu pulang kembali lewat jalan itu, informasi itu ada dikepalaku, dan aku mengingatnya dengan cukup baik. Aku tahu, mereka akan melakukannya lagi pukul 17. 30 ini. Namun kali ini, aku tidak akan membiarkannya, ,,AKU TIDAK AKAN MELEPASKAN MEREKA KALI INI!

17: 29

     Aku kemudian mengambil ancang ancang. Aku siap menembak,..

17:30

     Sesuai dugaanku, melalui scope-ku, aku dapat melihat kedua sasaranku mendekati rumahku. Supaya mudah, mari kita sebut si A dan si B sajalah. Lagipula, apa arti sebuah nama bagi dua bajingan yang sebentar lagi akan merasakan peluru di kepala mereka.Ha! Si A dan B dengan tampang innocentnya, berjalan tertawa seakan tanpa ada beban. Keduanya saling bercanda, pukul2an ala apa yang mereka sebut dengan "bercandanya lelaki sejati". Aku tersenyum sinis. Rasakan peluru sejatiku ini sebentar lagi, sialan! Keduanya menghentikan candanya saat mendekati gerbang rumahku. Aku terdiam, sedikit tegang. Aku tahu, saatnya sudah dekat! Keduanya tampak celingak celinguk, memastikan tidak ada yang akan melihat perbuatan mereka nanti. Setelah yakin, si A nampak memberikan kode kepada B supaya lekas bergegas mengikutinya mendekati gerbang rumahku itu. Keduanya lalu tampak pelan pelan mendekati gerbang rumah, sementara itu, aku mulai melonggarkan bahuku, mencoba untuk rileks dan menjinakkan detak jantung yang makin menghebat ini. Kini keduanya sudah berada persis di depan gerbang. Jariku siap untuk menarik pelatuk.
Si A sudah memastikan bahwa tidak ada yang meilhat mereka, sementara si B turut membantunya melihat keadaan meskipun terkadang si B tampak menahan tawa cekikikannya, sehingga topinya yang dipakai terbalik olehnya terguncang guncang . Sialan!
     Si A kini sudah yakin bahwa ia berkuasa penuh atas keadaan, tubuhnya sedikit menunduk, tangannya menjulang ke atas dengan jari yang teracung ke atas. Pelan pelan tubuhnya meninggi, dibantu dengan tolakan kedua kakinya. Sementara, si B tampak tak mampu menahan tawanya lagi. Aku diam. Pikiranku kini tenang. Posisi tuibuhku rileks. Aneh memang. Di hati penuh dengan dendam dan nafsu membunuh yang membara bagai api, namun kepalaku sedingin es, sehingga aku bisa melihat segalanya dengan jelas. Aku bisa melihat bahwa kini aku dapat membdik kepala si A dengan tepat di tengahnya. Dapat kau. Aku menahan nafas, dan dengan konsentrasi yang luar biasa, jariku pelan bersiap menarik pelatuk. lalu dengan satu gerakan kecil, bahuku sedikit terhuyung ke belakang, akibat dari hentakan senapan yang melontarkan sebuah peluru dengan kecepatan yang luar biasa, langsung mengarah ke kepala si A, tepat saat jari si A akan menyentuh bel rumahku. TIDAK ADA YANG BOLEH BERMAIN MAIN DENGAN BEL RUMAHKU!

     Aku dapat melihat dari scope, si A langsung ambruk mencicipi sebuah peluru plastik bulat, tepat di kepalanya. Aku juga dapat melihat, betapa si B sangat kaget dan bingung. Kini ia celingak celinguk dengan panik, berusaha melihat ke arah mana si penyerang temannya ini berasal. Ha! Aku tidak ambil waktu lagi, aku segera melompati jendela, persisi seperti adegan di film film action, dan segera berlari menyerang ke arah si B.
Si B yang tadinya berusaha memampah si A, nampak terkejut melihat aku yang berlari dengan cepat dan berteriak teriak ala Leonidas di film 300, dengan menenteng senapan sniper di dadaku. Si B lalu meninggalkan begitu saja temannya di tanah, dan mulai melarikan diri. Ha! Jadi itu sifat aslimu,ha? melarikan diri di saat saat terakhir. Bagus sekali. aku nggak akan ragu ragu lagi.
     Daripada mengejar si B, aku berjongkok, dan mengambil sikap. Senapan kembali ku kokang di bahuku yang rileks. Aku mengatur nafas, dan mulai berkonsentrasi melihat si B melalui scope sniperku. Aku membiarkan si B berlari berlari cukup jauh, sebelum si B jatuh terjembab dengan keras saat aku berhasil menyaranngkan peluru plastik bulatku tepat di belakang lutut kirinya. Si B terjatuh kesakitan. aku tambahkan sebuah peluru di bahunya, si B terpelanting sambil berteriak kesakitan. Hmm. Aku dapat mendengar teriakannya dari jauh. aku tersenyum. Lalu, aku kembali menyarangkan peluru peluru itu, tepat di persendian tangan, pergelangan, leher dan beberapa kali di badan si B. Saat saat itu, aku yakin, merupakan saat terburuk bagi si B.
     Saat aku mengosongkan magazine, dan menggantinya dengan magazine yang masih penuh, si B hanya dapat terduduk lemas, menahan sakit. Lalu, pandangan kami bertemu setelah aku selesai mengisi ulang peluruku. Pandangannya penuh dengan rasa harap belas kasihan ke arahku,..pelan2, aku dapat melihat bibirnya berusaha mengucapkan kalimat; "maaf,,..tolong akuu..."sambil berlinang air mata. Tangan kanannya, yang sedikit masih bisa bergerak, pelan diarahkannya padaku, menggapai meminta pertolongan..
Aku terdiam,..
Aku terkesima,..
Berfikir, apakah benar semua yang telah aku lakukan ini,,..
Ah,,..
What the hell,..
MATI SAJA KAU!
     Aku mengokang senapanku kembali. Peluru penuh. Aku siap menembak kembali,.
     Aku melihat raut wajahnya berubah. Tahu apa yang akan ia terima, si B lalu berteriak marah sambil jari tangan kanannya mengarahkan jari tengahnya kepadaku dan berteriak penuh kepasrahan kepadaku; "FUCK YOOOOUUU!! " 
     aku tersenyum,.. mengokang senjata,..menahan nafas,..dan mengarahkan tanda silang di scopeku tepat dikepala si B. Sembari tersenyum, aku membalas ucapannya pelan,..."May the hell be with you...scumbag!!"
Lalu, jariku menarik pelatuk,..
Dan, di detik itu pula, si B roboh. aku rasa aku mengenai tepat di dahinya.
     Suasana jadi sunyi. aku masih mengokang senapan sniper riffleku di atas bypod, lengkap dengan mata masih memicing di scope, saat suasana sunyi itu tiba tiba menyergap. Seakan, waktu berhenti berputar. Aku masih dapat melihat topi si B yang menari nari di udara, perlahan turun ke atas tubuh kaku tuannya.
aku pun terdiam,,..
Dan perlahan berfikir,...
dan merasa,..
tentang gimana caranya membayar kredit airsoft gun senapan sniper riffle yang mahalnya amit amit ini,,..

-Fin-


Nb: Penampakan si A dan si B




-Hopeitcanbemynextindiemovie-

2 komentar: