Minggu, 10 April 2011

Menulis is art of LIVING!


10 April 2011


   Sebelum saya menulis post tentang ini, ijinkanlah saya mendeklarasikan sesuatu; SAYA SANGAT SUKA MENULIS! 

   Pertanyaannya, terus kenapa? Yap. Bagi sebagian orang tentu ini merupakan pernyataan yang biasa biasa saja atau malah nggak penting. Tapi buat saya, ni penting banget. Menulis bagi saya ga ubahnya seperti pelukis yang mengekspresikan kondisi atau jeritan atau apalah, di sudut hati terdalamnya menjadi sebuah ekspresi nyata (cielah,bahasanyaaa^^). Menulis juga artinya,memaksa otak saya yang jarang dipakai ini, berkutat dengan padanan kata dan koleksi kalimat, yang menuntut untuk dipadankan secara dinamis dan tidak bertele tele, sehingga maksud saya tersampaikan oleh si pembaca post ini (dan saya terus berdoa, semoga ini kesampaian adanya, jadi anda anda yang kini membaca tidak ada efek samping semisal muntah, turun berok, dsb; setelah membaca post ini).

   Sebenarnya, sejarah tulis menulis saya kalo dirunut, berarti kita bicara soal saya yang saat itu duduk di bangku smp (dan saya sedang imut2nya saat itu.percayalah!). Saya yang saat itu lebih senang menggambar , mendengarkan lagu dan bermain gim, mulai merasa bahwa media saya berekspresi masih kurang. Saya butuh media yang dapat member saya ruang lebih untuk bereksplorasi dan membuat saya puas! Ohyeaah! (wait. It sounds like JAV now.) Saat itu, sebenarnya saya sudah menulis sejak di bangku sd, meskipun tidak bias dikategorikan menulis karena saya menulis di dalam balon balon percakapan ala komik, sekaligus membuat komiknya bersama adik saya (kalo diinget2, rasanya pengen baca komik2 hasil karya kami dulu, tapi keinginan itu pupus. Bukan karena tu buku2 ilang, tapi udah diiket jadi satu, terus di kiloin sama ibu. Saya ingat betul saat itu XD).

   Singkat cerita, saya yang gundah gulana saat itu (halah), iseng2 mulai menulis cerpen di sela2 sisa buku pelajaran. Waktu itu inget banget, Di sela jam istirahat, temen2 udah pada kabur nggak tau kemana,saya yang hanya bisa terkulai di atas bangku, nggak bisa jajan, duit nggak ada; iseng2 nulis cerita tentang anime yokoso yoko yang lagi tayang di statsiun berlogo ikan terbang di awal2 tayangannya itu. Waktu itu dengan berandai2 kalau saya jadi tokoh pendamping cowok si Saki (terus terang, saya lebih ngefans sama Saki, temennya Yoko, dibanding tokoh utamanya itu. hehe), yang ceritanya muncul untuk melindungi Saki yang manis dan terkesan lemah itu. Dan tanpa sadar, saya jadi terhanyut2 dibuatnya! Malah sampai nggak sadar pula, saya menulis sambil bersiul siul lagu soundtrack aniem tersebut,hehehe.
   
   Sejak saat itu, menulis menjadi media alternatif bagi saya untuk berekspresi. Walaupun, saya bukan penulis yang aktif, namun saat saya ingin menulis, saya akan menulis, apapun itu medianya.(bahkan saya pernah menulis kisah saya sebagai Indiana jones, mengarungi dunia penuh petualangan, yang nggak lain adalah pengalaman saya waktu maen sama keluarga di dunia fantasi ancol! Dan lebih hebat lagi, saya nggak lupa bersiul2 theme song Indiana jonesnya segala).

   Suatu hari, sebelum nonton film Harry Potter and the prisoner of Azkaban bersama adek dan temennya (swear. Saya harus ngaku kalau itu satu2nya film Harry Potter dimana saya nggak tertidur di tengah film. Thanks to Lupin and Sirius black, They’re cool!), saya berjalan2 di sebuah mall terkenal di Smg, sendirian. Disana, saya ke took buku, niatnya pengen nyari komik. Oke,komikpun didapat,.saat mau pulang, tiba2 mata saya tertumbuk ke arah notes2 yang berjejer cantik, yang entah kenapa serasa memanggil2 saya untuk meilhat2 kesana. Ah. Saya tergoda. Hasil akhirnya adalah saya ke konter kasir dengan membawa sebuah komik dan buku notes tebal namun berukuran kecil berwarna coklat. Buku kecil inilah, yang selama kuliah (sebenernya,nggak selama kuliah ding. Saat skripsi nggak sempet nulis yang lain selain nulis berpuluh2 literatur dan intisarinya –damn), menjadi media saya berekspresi dengan menulis, menempel, mencatut, dsb ke dalam buku itu. Saya tidak menyebutnya buku harian seperti sebagian orang menyebutnya. Saya lebih senang menyebutnya sebagai jurnal. Kalo boleh jujur, sedikit terinspirasi oleh jurnalnya Sean connery saat berperan sebagai bapaknya si Indiana jones, (saya lupa judulnya, maaf^^).

   Dari situlah semua serasa bermula. Saya mulai gemar menulis cerpen, script film indie, de es be,,dan waktu semalam saya melihat2 lagi tumpukan koleksi buku di rak meja kerja, saya menemukan jurnal itu, tertumpuk diantara buku2 yang lama nggak dibaca2 lagi. Dari situ, timbul sedikit rasa romantisme (atau unyuisme?^^) dan timbul niat rindu menulis lagi. Sebenarnya, ada juga unsur yang “memaksa“ saya untuk kembali menulis,tapi baiklah, akan saya tulis lain kali. Karena saya yakin sekarang anda mungkin sedang merasa bosan setengah mati akibat membaca post ini, dank arena itu mulai memegang2 leher anda yang terasa pegal saking bosannya... Sekarang, ijinkan saya untuk berhenti menulis dan beristirarahat. Leher saya sudah pegal sejak mulai nulis tadi. Ughh,..